TANPA LISAN, SEJARAH BAGAI SUSUNAN PUZZLE YANG TIDAK LENGKAP (REVIEW BUKU ‘SEJARAH LISAN’ KARYA PROF. DR. SUGENG PRIYADI, M. HUM.)
Perervuew: Lailul Muna
-No document,
no history- merupakan ungkapan yang mendewakan dokumen sebagai data sejarah
yang dianggap paling penting. Lalu bagaimana dengan ‘Sejarah Lisan’? Apakah
lisan tidak memiliki peran yang penting dalam jejak sejarah?
Kali ini, saya akan menulis ulasan singkat mengenai
buku yang sebenarnya sudah lama berada di rak buku saya, dan belum saya
kembalikan ke si empunya (karena saya pinjam, dan sudah lumayan lama pula
pinjamnya). Sudah sempat mau saya kembalikan karena saya takut tidak ada waktu
untuk membaca, tapi si empunya tidak memperbolehkan saya mengembalikan sehelum saya
membacanya. Akhirnya saya baru sempat membaca ketika ada waktu senggang
diantara padatnya aktivitas akademik, dan ini kali pertama saya membaca buku
non-fiksi yang lumayan ‘berat’ isinya, karena sebenarnya buku ini direkomendasikan
oleh si empunya atas request saya
yang ‘sok-sokan’ ingin baca buku yang sedikit ‘berat’ disamping novel-novel
teenlit yang saya punya. Jikalau ulasan saya tidak ‘berat’, kritik dan saran
sangat diperlukan agar bisa menjadi sedikit’berat’.
Buku apa sih?
Buku tersebut berjudul ‘Sejarah Lisan’, yang ditulis
oleh Prof. Dr. Sugeng Priyadi, M.Hum., yaitu seorang guru besar di Universitas
Muhammadiyah Purwokerto yang sebelumnya juga telah menuliskan banyak karya-karya
yang luar biasa. Buku ini terbit pada tahun 2014 berisikan 262 halaman dan
dibagi dalam tujuh bagian (bab). Buku sejarah lisan ini merupakan buku
non-fiksi yang digunakan sebagai buku ajar mata kuliah ilmu sejarah. Dengan
cover bergambar konotatif, jika diamati lagi, dari desain cover saja, sudah
bisa memaknai apa isi buku didalamnya. Bagaimana dokumen dan lisan seorang
informan sejarah dapat berdampingan dalam menyusun sejarah suatu peristiwa.
Kenapa harus
membaca buku ini?
Kenapa saya mengatakan ‘tanpa lisan, sejarah
bagaikan susunan puzzle yang tidak
lengkap?’. Tanpa sumber sejarah lisan, sejarah suatu peristiwa tidak akan
lengkap, disamping adanya dokumen. Lisan dapat menjadi kunci kesaksian sejarah
yang ternyata tidak ditemukan dan dimuat dalam sebuah dokumen. Peran lisan yang
ternyata sangat penting dalam kesejarahan, dan bagaimana lisan dapat menjadi
sumber sejarah yang kredibilitasnya melebihi dokumen, artefak, dan ‘benda mati’
lainnya. Buku ‘Sejarah Lisan’ menguraikan banyak hal tentang sejarah yang
diadopsi dari informan dengan metode wawancara ‘Lisan’. Lebih luas dari itu,
buku tersebut bahkan memberikan informasi kepada pembaca (terutama saya, salah
satu pembaca pemula buku berbau sejarah) bagaimana korelasi atau hubungan
antara sumber sejarah dengan bentuk sumber sejarah lainnya, serta segala hal
yang berkaitan dengan metode penelitian sejarah lisan.
Bukankah buku
berbau sejarah itu membosankan?
Teruntuk saya dan orang-orang yang kurang minat
membaca buku berbau sejarah, buku ini mengemas informasi dan ilmu sejarah
secara naratif, yang ajaibnya saya tidak bosan untuk membalik halaman demi
halaman untuk mengetahui apa isi buku selanjutnya (ya, walaupun sesekali juga
merasa bosan). Sebagai salah satu buku ajar mata kuliah, buku ini memiliki
karakter dasar yang sama seperti buku ajar lainnya, mengutamakan poin-poin
materi dari mata kuliah yang bersangkutan, tanpa ada korelasi antar sub judul,
tapi isinya tetap dalam lingkup materi global mata kuliahnya (namanya juga
bukan novel, yang ceritanya berkelanjutan, hehe).
Ditulis oleh seorang guru besar yang tentunya sudah
melewati jenjang pendidikan tertinggi, pastinya isi dari buku ‘Sejarah Lisan’
ini bukanlah buku sejarah abal-abal
tanpa data yang valid, ditulis dengan bahasa yang tertata dan banyak
istilah-istilah sejarah yang perlu dicari maknanya lewat google untuk orang awam sejarah (termasuk saya, hehe), dengan
menyertakan sumber-sumber valid yang dikutipnya dari buku sejenis lain.
Penting kah buku
ini untuk anak muda?
Sebagai seorang mahasiswa, pemuda, dan generasi
penerus bangsa yang tentunya akan turut menjadi pelaku dan penyaksi sejarah,
perlulah untuk membaca buku ini, karena buku ini membekali saya yang termasuk
awam sejarah ini, menjadi tahu sedikit banyak tentang sejarah. Namun, untuk
orang yang tidak suka membaca bentuk tulisan naratif yang seakan tidak ada habisnya,
bisa jadi buku ini sangat membosankan untuk dibaca. Dengan bahasa yang cukup
‘tinggi’ dan mengajak para pembaca untuk berpikir kritis mengenai sejarah, buku
ini memang cocok untuk orang yang ingin memperdalam ilmunya mengenai sejarah
dan bagi yang sekadar ingin menambah wawasan tentang sejarah.
Dan akhirnya….
Sejarah sangat penting untuk diketahui dan
dipelajari, karena tanpa sejarah, masa sekarang dan masa depan tidak akan
pernah ada. Dan tanpa sejatah lisan, suatu peristiwa sejarah tidak akan lengkap
kronologisnya, seperti susunan puzzle yang
tidak lengkap. Semoga ulasan yang singkat ini dapat menjadi perantara untuk
dapat mengenal sejarah lebih luas lagi, dengan membaca buku ‘Sejarah Lisan’
secara lengkap.
Komentar
Posting Komentar