SURGA TERNYATA SEDEKAT ITU! DIMANAKAH LETAK “SURGA” ITU? (Review Buku “Surga di Belakang Rumah Kita” Oleh Agus M. Irkham)

 

Pereview: Lailul Muna

 

Gambar: Buku Surga di Belakang Rumah Kita

 

Apa kesan pertama kamu setelah melihat judul buku “Surga di Belakang Rumah Kita”? Apakah benakmu langsung bertanya-tanya mengenai surga yang ternyata letaknya sedekat itu? Apakah timbul rasa penasaran untuk membaca dan menyelami isi buku tersebut sehingga kita tahu dimana persisnya “surga” itu? Yap! Itu yang saya pikirkan pertama kali setelah saya melihat judul buku yang ditulis apik oleh bapak Agus M. Irkham ini.

Ya, kembali lagi dengan saya yang akan mengulas buku yang sudah saya baca sejak lama ini. Terhitung kurang lebih sudah dua tahun saya vakum menulis review-review buku, dikarenakan kesibukan yang saya jalani (sebenarnya sih sok sibuk) dan baru sempat lagi kali ini, karena pandemi covid-19 di Indonesia yang tak kunjung mereda ini saya jadi punya lumayan banyak waktu luang, jadilah saya mengisinya dengan kembali menulis review (lah malah curhat panjang kali lebar). Oke, kembali ke TKP… Saya akhirnya kembali membaca buku ini supaya bisa mengulas dengan lebih ngena. Yuk, simak lebih dalam!

 

Kenalan dulu yuk sama buku dan penulis kece nan kerennya!

Buku “Surga di Belakang Rumah Kita” ini ditulis oleh seorang Ayah dengan lima anak, yaitu pak Agus M. Irkham (Selanjutnya saya akan memanggilnya pak Irkham saja biar enak) dan diterbitkan oleh penerbit Edents Publika. Buku yang berisikan 330 halaman dengan empat bagian ini berukuran imut, seperti buku-buku terbitan edents publika yang lain. Poin plus dari buku-buku Edents Publika yaitu ukurannya yang genggam-able banget di tangan, jadi enak buat dibaca. Tiap bagian dari buku ini memiliki ciri khasnya masing-masing, membahas anak dan kaitannya dengan fithrah, media, buku, dan dunia nyata.

Buku non-fiksi ini jelas berisikan pengalaman pribadi, bukan sekedar fiksi atau karangan cerita saja (namanya juga buku non-fiksi ya, kan). Berisikan pengalaman pribadi pak Irkham dalam mengasuh dan merawat kelima buah hati-nya, dengan penuh kasih sayang dan lika-liku kehidupan yang dijalani. Buku ini menggambarkan bagaimana letak surga yang direpresentasikan sebagai makna “kebahagiaan” itu bisa diciptakan sendiri di keluarga tercinta, bukan susah payah untuk mencarinya diluar yang belum tentu bisa dirasakan.

Jikalau surga itu di belakang rumah, bagaimana cara menemukan dan menikmatinya?

 

Gambar: Salah satu kutipan favorit pereview dalam buku ini  

           Dengan membaca buku ini, kamu bakal disuguhkan dengan topik-topik dan pembahasan yang menarik mengenai bagaimana membangun sebuah keluarga yang harmonis di dalam rumah tangga. Ketika kamu mulai membaca buku ini, dari kata pengantarnya saja sudah menggambarkan bagaimana kasih sayang pak Irkham yang begitu tulus kepada keluarganya.

Makna “Surga di Belakang Rumah Kita” ini definisi dari belakang rumah sebagai keluarga dan lingkungan sekitar, dengan surga sebagai cahaya atau sumber kebahagiaan. Keluarga yang ada di rumah dan lingkungan sekitar sebagai sumber kebahagiaan diri dan makna keluarga sebagai “sekolah pertama dan utama” untuk anak-anak tercurahkan semuanya di buku ini. Lantas bagaimana cara kita menemukan dan menikmati surga atau kebahagiaan itu? Jawabannya ada pada buku ini.

Isi buku yang benar-benar based on life sang penulis!

            Pak Irkham ini seorang ayah dengan lima anak dan sekaligus pegiat literasi yang menetap di Batang, Jawa Tengah. Istri nya pun juga pegiat literasi seperti beliau. Bayangkan saja ketika menulis buku ini berdasarkan pengalaman pribadi mereka pasti menjadi duel maut, disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit, sehingga pembaca bisa langsung menyerap apa yang ingin disampaikan oleh pak Irkham melalui bukunya. Pak Irkham menuliskan bagaimana cara menjadi orang tua pintar, dan sosok Ayah yang baik bagi anak-anaknya. Pak Irkham membeberkan tips dan trik yang beliau jalani dengan istrinya dalam membesarkan kelima anaknya, bagaimana menumbuhkan minat baca pada anak yang sangat penting untuk perkembangannya, bagaimana mengontrol anak ketika bersinggungan dengan media, dan dunia nyata, yang bisa kita telaah untuk kita terapkan ketika kita sudah siap membina keluarga kelak, bukan?

Setelah membaca buku ini, saya merasa banyak yang harus dirubah deh ya…

Baru saya membaca satu bagian buku ini, saya sudah merasa sejak saya lahir sampai saat ini, banyak stigma masyarakat dalam mengasuh anak yang ternyata selama ini salah kaprah. Saya yang disini berperan sebagai anak (tentu anak dong, masa orang tua, nemu jodohnya aja belum), yang dirawat oleh orang tua dan keluarga saya sejak lahir, merasa ada beberapa didikan orang tua saya yang ternyata kurang tepat. Selain itu, melihat fenomena di masyarakat sekitar yang ternyata juga banyak ditemui hal-hal yang seharusnya tidak dikatakan/dilakukan pada anak selama masa perkembangannya.

Misalkan stigma pembunuhan karakter pada anak sejak dini, dengan menganggap anak itu selalu sebagai biang keladi di lingkup pertemanannya. Padahal namanya anak-anak tidak ada yang nakal, anak hanya meniru contoh di sekelilingnya. Sepatutnya malah orang tua memberi contoh yang baik, bukannya menyalahkan anak atas apa yang dilakukannya. Itu adalah salah satu contoh saja stigma di dalam masyarakat yang salah dengan cara mendidik anak.

Menanggapi buku ini dari sudut pandang ilmu keperawatan…

Sebagai perawat, saya kuliah ilmu keperawatan dengan begitu banyak yang saya pelajari, salah satunya keperawatan anak. Isi buku ini masih terdapat korelasi dengan ilmu keperawatan anak yang saya pelajari. Anak, selain badannya yang terus tumbuh dan harus diperhatikan gizi seimbangnya, perkembangan otak dan juga perilakunya pun harus dalam bimbingan yang benar. Sekolah pertama bagi anak yaitu tentu orang tuanya sendiri. Masih selaras dengan buku ini yang membahas bagaimana cara mendidik anak dan menjadi orang tua yang cerdas bagi anak-anaknya. Saya salut dengan pak Irkham dan istrinya yang begitu hebatnya mengurus kelima buah hatinya yang tentu tidak mudah, tapi mereka dengan sabar dan penuh pengertian membersamai kelima buah hatinya hingga saat ini. Saya jadi berangan-angan dan berharap semoga saya suatu saat bersama suami saya bisa seperti pak Irkham dan istrinya ini (hehehe aamiin).

Bagian ini nih yang perlu di highlight dari buku ini!

Menurut saya sih ya buku “Surga di Belakang Rumah Kita” ini dari kata pengantar sampai halaman terakhir pun tidak ada yang membosankan, karena kepiawaian pak Irkham dalam mengolah dan memoles buku ini jadi enak dibaca dengan bahasa yang santai. Nah, meski begitu pasti ada best of the best atau hal yang perlu di highlight menurut saya.

Pertama, saya sangat setuju dengan tulisan pak Irkham ini di bagian kedua: anak dan media, dan juga bagian ketiga: anak dan buku. Kedua bagian itu adalah favorit saya. Kenapa? karena tidak dipungkiri pada zaman digital nan millennial ini bayi baru lahir saja sudah dikenalkan dengan gadget. Pak Irkham ini menulis bagaimana tips dan trik mengontrol anak dalam bersinggungan dengan gadget dan mengalihkan perhatiannya dengan sesuatu yang lebih asik, seperti membuat kliping.

Selain itu, salah satu mimpi saya yaitu anak-anak saya kelak akan menyukai buku dan menjadikan membaca sebagai hobi, dengan begitu wawasan anak akan terbuka lebih lebar. Pak Irkham ini dengan apik membeberkan bagaimana cara memperkenalkan anak dengan buku secara perlahan, namun efeknya besar di kemudian hari. Saya menjadi semakin termotivasi untuk berusaha menjadi calon ibu yang cerdas bagi anak-anak saya kelak.

Buku ini amat cocok bagi yang mau….

            Nah, pungkasan dari ulasan saya mengenai buku ini. Overall, saya memberikan rate 9/10 untuk buku “Surga di Belakang Rumah Kita” ini. Halaman buku yang tidak terlalu tebal namun dapat menyampaikan apa yang ingin disampaikan penulis, kata-kata yang mudah dipahami dan ada kutipan dari setiap topik yang disampaikan. Buku ini sepatutnya sangat dibutuhkan bagi kawula muda yang kelak akan berumah tangga dan mempunyai buah hati. Pasti semuanya kelak ingin menikah, memiliki anak, dan menjadi orang tua yang pintar, kan? Sangat direkomendasikan buku ini sebagai bahan menata dan mempersiapkan diri menjadi sosok orang tua dan “sekolah” bagi anak-anaknya kelak.

Sejatinya ketika kita bisa menjadi orang tua yang pintar dan bijaksana dalam mendampingi perkembangan buah hati, terciptalah keluarga yang selayaknya surga di dunia dan insyaaAllah berlanjut ke akhirat kelak. Kebahagiaan yang tidak perlu dicari jauh-jauh, cukup kita ciptakan dan nikmati didalam keluarga kecil kita, di belakang rumah kita.

Ingin tau bagaimana tanggapan pembaca lain mengenai buku ini? Yuk simak disini!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ROMANTISME AKTIVIS HINGGA PEJUANG HEMODIALISIS (Review Buku ‘Cinta di Balik Kelambu Hemodialisis’ oleh Nikmah Yuana)

TANPA LISAN, SEJARAH BAGAI SUSUNAN PUZZLE YANG TIDAK LENGKAP (REVIEW BUKU ‘SEJARAH LISAN’ KARYA PROF. DR. SUGENG PRIYADI, M. HUM.)

DOSEN? PERAWAT? DRIVER? DIA MULTITASKER WOMAN (REVIEW BUKU 'DOSEN KENTHIR BELAJAR NYETIR' OLEH NIKMAH YUANA)